A. Apa itu Guru?
Orang Jawa biasa mengartikan istilah Guru dengan bahasa mereka, bahwa guru itu artinya “digugu lan ditiru”. Digugu artinya segala ucapan seorang guru itu dapat dipercaya, sedangkan ditiru memiliki makna bahwa segala tingkah laku seorang guru adalah sebagai contoh/teladan bagi orang lain. Jadi, seorang guru adalah seseorang yang bisa menjadi teladan yang dapat dipercaya baik bagi peserta didik, masyarakat maupun lingkungan.Pada zaman dahulu, orang yang disebut-sebut/mendapat julukan sebagai guru adalah “orang yang pandai”. Entah itu pandai dalam bidang agama, ataupun ilmu-ilmu lain, mereka bisa disebut sebagai guru. Tapi lain halnya dengan sekarang, yang bisa disebut sebagai guru hanyalah orang yang mengajar di sekolah-sekolah, baik formal maupun informal. Mereka biasa kita panggil Bu Guru, Pak Guru, Ustadz/Ustadzah.
B. Bagaimana Tugasnya?
Sesuai dengan pembukaan kalimat UUD 1945, guru memiliki tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang yang berkualitas yaitu yang memiliki moral yang baik serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak tertinggal dengan negara-negara lain.
Moral bangsa adalah sangat penting. Untuk itu, sebagai guru hendaknya mampu menanamkan moral-moral yang baik kepada anak-anak didiknya. Dengan berpedoman pada kalimat “digugu lan ditiru”, hendaknya guru juga memiliki moral yang baik agar ucapan guru bisa tetap amanah, terjaga dan dapat menjadi contoh bagi peserta didik dan juga lingkungannya. Dengan demikian, apabila guru dapat menanamkan moral yang baik, SDM berkualitas, insya Allah bangsa ini akan menjadi bangsa yang cerdas dan unggul. Negara Indonesia yang terkenal dengan budaya sopan santun dan ramah tamahnya kini mulai pudar akibat adanya globalisasi. Siapa lagi yang bertanggung jawab jika bukan guru? Guru yang setiap hari bergaul dan bertemu dengan anak didiknya di sekolah, guru sebagai sosok digugu lan ditiru tadi hendaknya senantiasa menjaga ucapan dan perbuatannya. Serta menjaga pola hidupnya agar jangan sampai terpengaruh arus globalisasi negatif yang menimbulkan citra buruk bagi diri sendiri dan orang lain.
C. Sosok Guru yang Baik
Guru yang baik tentu saja memiliki nilai positif yang lebih banyak dibandingkan negatifnya. Nilai positif ini harus ada pada semua aspek antara lain:1. Dalam Pekerjaan
Guru yang baik selalu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, disiplin, tekun, kerja keras dan selalu optimis serta memiliki semangat yang tinggi untuk terus maju.Guru yang baik dalam pekerjaannya dicintai siswa, disegani dan dan senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan agama untuk kepentingan pendidikan, tentunya agar pendidikan lebih maju dan berkualitas.
Guru yang baik juga memiliki sikap yang bijaksana dalam bekerja. Artinya, bijaksana dalam mengevaluasi anak didiknya, tidak pilih kasih, selalu memberikan motivasi kepada anak didiknya agar semangat belajarnya bertambah tinggi dan dapat mencapai cita-cita yang tinggi.
2. Dalam Hubungan Sosial
Guru yang baik memiliki nilai yang baik di masyarakat menyenangkan dan tidak suka menyakiti orang lain. Guru yang baik bergaul dengan teman yang baik pula dan selalu mengeluarkan aura positif di sekitarnya, baik ucapan atau perbuatannya. Ramah tamah adalah kepribadiannya.3. Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Guru yang baik menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan bagi anak didiknya yang kelak akan bermanfaat bagi kehidupannya baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau untuk kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut selalu disampaikan kepada anak didiknya sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa sehingga tidak memberatkan siswa. Diusahakan dapat menyenangkan namun juga harus menghasilkan/bersifat produktif.4. Dalam Penampilan
Guru yang baik hendaknya selalu menjaga kewibawaannya. Penampilan bukan berarti terfokus pada sandangan yang bagus, penampilan di sini maksudnya lebih kepada perbuatan dan budi pekerti dari guru tersebut. Selalu menjaga harga diri dan martabatnya sebagai makhluk yang memiliki agama dan menjaga moralnya dalam dalam berpenampilan sehari-hari.5. Dalam Mengatur Kehidupannya
Dalam kehidupan seorang guru, baik swasta maupun PNS itu semuanya sama dimata Tuhan. Masalah ekonomi yang umum terjadi bagi seorang guru adalah antara pemasukan dan pengeluaran yang tidak seimbang. Mengingat demi kebaikan, hendaknya seorang guru dapat memenej kebutuhan hidupnya dengan baik dan dapat mengurangi keinginan-keinginan yang tidak perlu. Sementara, masih banya di sekitar kita orang yang perlu bantuan dan uluran tangan kita.Bersahaja dan selalu mensyukuri apa yang ada. Memanfaatkan segala yang diterima dengan baik untuk kehidupannya.
6. Dalam Keluarga
Seorang guru, baik yang statusnya sudah berkeluarga atau masih lajang, memiliki tanggung jawab yang sama dalam keluarga. Sebagai sosok yang digugu lan ditiru, dalam keluargapun hendaknya selalu menjaga diri dan menjadi contoh bagi anggota keluarga yang lain. Apabila posisi kita sebagai ayah, jadilah ayah yang baik, apabila posisi kita sebagai ibu, jadilah ibu yang baik, dan apabila posisi kita sebagai anak, jadilah anak yang baik. Itulah guru yang memiliki nilai positif dalam keluarga.Berdasarkan beberapa nilai positif yang telah dijelaskan di atas, maka guru yang mendapat sebutan digugu lan ditiru tadi, semoga adalah kebenaran/realita yang harus disyukuri oleh kita terutama yang memiliki profesi sebagai seorang guru. Selalu berusaha menjadi teladan bagi semuanya, karena semua perbuatan baik pada dasarnya adalah ibadah. Apabila kita senantiasa bersyukur, pasti Allah akan menambah nikmat melebihi apa yang sudah kita terima. Dan apabila kita ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan rizki yang tidak terduga.
Marilah kita mensyukuri hidup ini, jangan sampai kita kufur dari nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada kita semua. Semoga Sang Guru semakin digugu lan ditiru. Amiin!
Mei Sari’ah
Kepala RA Miftahul Jannah
Desa Kuntili, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas 53195
0 komentar:
Posting Komentar